LOMBOK PART THREE —drama dan wefie—

PicsArt_05-27-09.20.30
Kota Mataram

Penuh drama. Drama memilih lokasi kunjungan mana yang didahulukan, drama memilih tempat makan dan oleh-oleh, drama semriwek di tempat rapat, drama menawar mutiara di Senggigi sampai akhirnya buyar karena hujan, eh termasuk drama bukan ya ini? 😀 Panitia emang suka heboh sendiri. Dan yang paling heboh, drama rombongan yang “diculik” sopir bus. Hufft. Tapi walaupun penuh drama, ternyata roll foto di hape dipenuhi dengan selfie bareng yang penuh tawa. Selalu tetap ada tawa di setiap drama. ^_^

Perjalanan kali ini dengan membawa rombongan bapak/ibu dari kantor dan Universitas Trunojoyo Madura. Rombongan pertama untuk yang muda-muda lebih dahulu karena menggunakan maskapai yang berbeda. Sedangkan rombongan kedua baru datang tiga jam setelah kami. Hari pertama hanya hanya digunakan untuk perjalanan karena sampai di hotel sudah sore hari. Rombongan kami menyewa bus untuk 3 hari dan menginap di hotel yang sama dengan sebelumnya (Lombok part two). Keesokan harinya kami menuju Bappeda Provinsi NTB, dan acaranya lebih resmi dengan mengundang semua sektor terkait di NTB. Namanya saja rapat, pasti semriwek rasanya, apalagi melibatkan orang banyak. But, so far so good, we are just too expert to handle all of this 😀 .

Setelah diskusi dengan Bappeda, rombongan melanjutkan ke Islamic Centre Mataram (ICM). Berbeda dengan kunjungan persiapan sebelumnya, kali ini kami diperbolehkan untuk mengakses menara utama (Menara 99) setinggi 99 meter, yang pasti kami menggunakan lift untuk bisa menuju puncaknya —yaiya lah—.  Di puncak menara, kami bisa melihat kota Mataram dari kejauhan. Dan yang pasti, kami —yang muda-muda— wefie bersama, terlalu banyak malah, angin kencang pun tak menyurutkan semangat wefie kami 😀

PSX_20170527_183906
Menara 99
PSX_20170527_183610
Menara 99
PSX_20170527_180702
Tim Horeee

Menjelang sore hari, kami kembali ke Lombok Raya Hotel, untuk berdiskusi dengan manajemennya. Hotel ini merupakan hotel yang sudah menerapkan standar kebutuhan pendukung wisata halal di Lombok sesuai dengan Perda Provinsi NTB No 2 Tahun 2016 tentang Pariwisata Halal. Hayo tebak, kira-kira ada drama tidak ya selama diskusi berlangsung?? Hehehe..  Sore harinya kami menuju Pantai Senggigi untuk menikmati sunset. Dan sekali lagi, yang muda-muda pun wefie tiada henti. Hahaha. Bukan hanya itu, dikarenakan banyaknya penjual mutiara air tawar murah-murah serta kaos-kaos Lombok di sekitar pantai, maka dijamin ibu-ibu ini kalap, hanya hujan yang akhirnya menghentikan mereka.

PSX_20170527_184002
Pantai Senggigi
PSX_20170527_184112
Pantai Senggigi
PSX_20170527_185701
Belanja terooosss

Keesokan harinya, rombongan dibagi menjadi 2, yaitu rombongan yang pulang malam, dan rombongan yang pulang sore, karena memang menggunakan maskapai yang berbeda. Tujuan hari ini adalah ke Desa Sade dan Kawasan Mandalika. Ketika akan berangkat dari hotel, saya sebagai orang yang memesan mobil dan bus sejak hari pertama, berniat menyelesaikan administrasinya terlebih dahulu, dengan dibantu seorang teman yang terbiasa mengurus sewa hotel maupun kendaraan. Saya pun meminta pihak rental untuk menyiapkan dokumen-dokumen pendukung, karena kami merupakan kantor pemerintah, proses administrasi memang lebih ribet. Email berkas sudah diemail malam sebelumnya, supaya sudah diisi oleh pihak rental, sehingga pagi ini kami hanya perlu materai dan tanda tangan.

Drama pun dimulai…

Pagi harinya, ada orang yang berbeda yang dikirim rental kepada kami, selain dia datangnya telat —saya dan 2 orang teman akhirnya tidak ikut rombongan—, ternyata dia tidak membawa berkas apapun. Lha, bagaimana kita bisa proses pembayarannya. Kami juga butuh stempel dari pihak perusahaan rental. Kami pun menawarkan opsi untuk menuju ke kantornya, sekalian kami menyusul rombongan ke Sade. Ternyata dia mbulet koyok entut, sepertinya dia hanya mau terima pembayaran menggunakan kwitansi saja. Hedehhh.  Kami pun teteap keukeuh untuk menuju kantornya saja, sambil menggerutu, dia pun mengantar kami ke kantor.

Betapa kagetnya kami, ketika diberi info teman-teman di rombongan bus, kalau sopir bus “membajak” bus dan  ngambek tidak mau mengantarkan di Sade. Mereka berhenti di out of nowhere. Sopir bus menuduh kami tidak niat untuk menyelesaikan pembayaran, padahal sejak hari pertama sudah saya infokan terkait pembayaran akan dilakukan hari ketiga disertai berkas yang lengkap, dan mereka setuju. Lha baru sekarang mereka bilang seharusnya kami membayar setiap harinya. Sebenarnya itu tidak masalah, tapi kami kami pun tidak diinfokan apa-apa sebelumnya. Edan pokoknya, sopirnya bus tidak mau jalan kalau tidak dibayar dulu. Orang yang saya telpon pada hari pertama berubah menjadi galak ketika saya protes. *lempar bom*

Sedangkan kami bertiga malah dibawa-bawa muter tidak jelas entah dimana kantornya. Dia menggunakan motor, kami naik mobil dengan sopir sewaan dari perusahaan yang sama. Sopir ini sulit sekali dikorek infonya. Akhirnya dia membawa kami ke sebuah hotel, kami pikir kantornya di hotel tersebut. Tetoooottt, kami salah. “Kantornya” adalah ada seorang lelaki dan beberapa orang sopir yang nongkrong di depan hotel. Dan lelaki inilah yang menyerahkan stemple ke pesuruh yang bersama kami tadi. Lalu berkasnya??? Ya masih berupa file dong, akhirnya kami menuju warnet yang tak jauh sekitar situ, ngeprint di situ, menyelesaikan berkas-berkas di situ, lalu serah terima uang juga di situ. Woww!! Lalu pesuruh ini pun entah menelpon siapa, yang pasti rombongan bus menginfokan kalau akhirnya bus bersedia jalan setelah mendapat telepon ajaib ini. Whiskey Tango Foxtrot!!!

Kami bertiga menyusul rombongan ke Sade, lalu rombongan pertama menuju Bandara, sedangkan rombongan lainnya menuju Kawasan Mandalika. Benar-benar sebuah pengalaman. Lalu kami pun mendapat info secara ajaib, kalau ternyata perusahaan itu memiliki 3 nama, lalu orang yang mengurus administrasi ya semacam orang-orang yang nongkrong sembarangan dimana pun bisa jadi “kantor”.  Kalau mau tahu nama rentalnya, saya sudah pernah menyebutnya di twitter saya dan kalau di search di mbah google sewa mobil di Lombok, nama mereka bisa jadi muncul di hasil teratas. Walaupun sudah ada perjanjian lisan, ada baiknya memang ditanyakan lagi maunya bagaimana dari pihak rental ^_^ Daripada pihak rentalnya “pagi tempe, besok kedelai”

PicsArt_05-27-07.00.54
“Kantor”

 

 

 

2 thoughts on “LOMBOK PART THREE —drama dan wefie—

Leave a comment